Selasa, 05 Januari 2010

KONSUMEN : PRESPEKTIF DAN SUDUT PANDANG SERTA KRISIS UBAH PERILAKU KONSUMEN

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERILAKU KONSUMEN ??

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakkan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Subjek ini dapat diancangi dari beberapa perspektif, yang semuanya dipertimbangkan di dalam kalimat ini :

1. Prespektif Pengaruh Konsumen terdiri dari :

· Pemasaran

· Pendidikan dan Perlindungan Konsumen

· Kebijakkan Publik

2. Prespektif Yang Lebih Menyeluruh

3. Prespektif AntarBudaya

PIKIRAN YANG BENAR MENGENAI KONSUMEN

1. Konsumen adalah RAJA

2. Motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian.

3. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasif yang menghadapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu.

4. Bujukkan dan pengaruh konsumen memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum, etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.

Bila ke empat premis ini diabaikan, konsekuensinya hampir selalu negatif. Kami memberikan contoh dari hasil pemikiran yang benar maupun yang salah mengenai konsumen. Kami lebih jauh mendemonstrasikan bahwa penelitian konsumen, bila ditanggapi dan ditafsirkan dengan benar, memberikan masukan yang esensial untuk strategi pemasaran yang baik dalam organisasi yang mencari laba maupun yang tidak mencari laba. Akhirnya, penelitian juga berfungsi sebagai basis untuk pendidikan dan perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting untuk keputusan kebijakkan umum.

KRISIS UBAH PERILAKU KONSUMEN.......

Krisis keuangan global mungkin telah memaksa banyak orang menunda liburan impiannya. Namun, konsumen rupanya masih mau membelanjakan uang untuk barang yang dianggap penting, yaitu produk kecantikan dan perawatan kesehatan.

Sebuah survei internasional oleh perusahaan riset pasar, Synovate, memperlihatkan pengeluaran untuk kosmetik dan perawatan kesehatan tampaknya tetap bertahan. Padahal, merosotnya perekonomian belakangan ini telah mengubah perilaku konsumen di seluruh dunia.

Survei itu menemukan, 41% orang merencanakan membelanjakan jumlah yang sama untuk kosmetik, seperti sebelum mulainya krisis ini. Hanya 27% yang mengatakan mereka akan mengurangi pengeluaran.

Sementara untuk produk-produk perawatan kesehatan, 55% responden mengatakan mereka akan membelanjakan jumlah yang sama. Hanya hanya 17% yang akan mengurangi pengeluaran.

Survei itu menanyai 11.500 orang di belasan negara, termasuk Brasil, Yunani, Meksiko, Belanda, Rusia, Inggris, dan AS.

Walau ada prakiraan ekonomi yang suram di negara mereka, responden dari Denmark, Brasil, dan Malaysia merupakan yang paling optimistis mengenai kekuatan perekonomian mereka. Adapun mereka yang dari AS dan Inggris adalah responden yang paling pesimistis.

AS telah terjebak dalam resesi ekonomi. Sementara data bulan Desember memperlihatkan Inggris bergerak mendekat ke resesi. Krisis ekonomi dunia muncul sejak tahun lalu, berawal dari krisis sektor perumahan AS yang kemudian memukul pasar keuangan global dan mengimbas ke perekonomian dunia.

Secara keseluruhan, konsumen di banyak negara mengatakan mereka mengurangi pengeluaran uang untuk barang- barang mewah.

Hanya 10% dari responden di Brasil yang mengakui akan membelanjakan lebih banyak untuk barang mewah. Sementara 49% penduduk Hongkong dan 72% warga Denmark mengatakan, pengeluaran mereka untuk barang-barang mewah akan tetap sama.

Lebih banyak konsumen, terutama di Brasil, Inggris, Perancis, Yunani, dan AS, mengatakan, mereka akan lebih ketat melihat harga sebelum berani melakukan transaksi.

Namun, banyak pembeli di Malaysia, Taiwan, dan Hongkong yang mengatakan mereka tidak terlalu memerhatikan harga barang sebelum membeli.

Kini, membeli tanpa perencanaan menjadi cerita lalu. Tak ada lagi pembeli yang membeli hanya karena suasana hati. Ini yang dungkapkan sekitar 82% orang Amerika, 76% orang Inggris, 78% orang Belgia, dan 70% orang Perancis.

Namun, 55% orang Hongkong dan 72% orang Denmark mengatakan membeli secara impulsif dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya.

Berlibur dan barang-barang bermerek merupakan yang hal pertama yang harus dikorbankan kala anggaran keluarga dipotong. Namun, pilihan-pilihan ini berbeda di seluruh dunia.

Bagi orang Amerika dan Yunani, makan di restoran bersama keluarga dan teman adalah hal pertama yang dicoret. Sementara orang Romania menunda membeli alat-alat berteknologi tinggi.

Orang Serbia memilih mengorbankan liburan, tetapi 81% orang Denmark menyebut tak ada yang mereka korbankan.